Mengenai kami

PURBALINGGA, JAWA TENGAH
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Kutasari. Guru SMA Bahasa Indonesia SMA N1 Kutasari: Pak Nuripto, Pak Budi Susilo dan Pak Catur Andiyanto.

Jumat, 21 Mei 2010

MGMP BAHASA INDONESIA



Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dari mata pelajaran lainnya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran bahasa Indonesia sangat berbeda dengan mata pelajaran matematika yang dominan pada aspek analisis logis. Karakteristik mata pelajaran bahasa Indonesia terdiri dari aspek mendengar, membaca, berbicara dan menulis. Guru harus melakukan kajian mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran sebagai acuan mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran dapat dikaji pada dokumen standar isi mengenai tujuan, ruang lingkup dan SK serta KD masing-masing mata pelajaran.Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta didik, lingkungan, serta mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Peserta didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi dan kecepatan belajarnya, termasuk tingkat potensi yang diraihnya.Contoh Kata Kerja Operasional
Sesuai dengan Karakteristik Matapelajaran
Berhubungan dengan Kompetensi Berbahasa

 Menyingkat/memendekkan (abbreviate)
 Memberi tekanan pada sesuatu /menekankan (accent)
 Mengabjad/menyusun menurut abjad (alphabetize)
 Mengartikulasikan/ mengucapkan kata-kata dengan jelas (articulate)
 Memanggil (call)
 Menulis dengan huruf besar (capitalize)
 Menyunting/mengedit (edit)
 Menghubungkan dengan garis penghubung (hyphenate)
 Memasukkan (beberapa spasi) /melekukkan (indent)
 Menguraikan/memperlihatkan garis bentuk/ menggambar denah atau peta (outline)
 Mencetak (print)
 Membaca (read)
 Mendeklamasikan/membawakan/mencerita-kan (recite)
 Mengatakan (say)
 Menandai (sign)
 Berbicara (speak)
 Mengeja (spell)
 Menyatakan (state)
 Menyimpulkan (summarize)
 Membagi atas suku-suku kata (syllabicate)
 Menceritakan (tell)
 Menerjemahkan (translate)
 Mengungkapkan dengan kata-kata (verbalize)
 Membisikkan (whisper)
 Mengucapkan/melafalkan/menyatakan (pronounce)
 Memberi atau membubuhkan tanda baca (punctuate)
 Menulis (write)


Berhubungan dengan Kompetensi Drama

 Berakting/berperilaku (act)
 Menjabat/mendekap/ menggengam (clasp)
 Menyeberang/melintasi/ berselisih (cross)
 Menunjukkan/mengatur/ menyutradarai (direct)
 Memajangkan (display)
 Memancarkan (emit)
 Memasukkan (enter)
 Mengeluarkan (i
 Mengekspresikan (express)
 Meniru (imitate)
 Meninggalkan (leave)
 Menggerakkan (move)
 Berpantomim/Meniru gerak tanpa suara (pantomime)
 Menyampaikan/menyuguhkan/ mengulurkan/melewati (pass)
 Memainkan/melakukan (perform)
 Meneruskan/memulai/beralih (proceed)
 Menanggapi/menjawab/ menyahut (respond)
 Memperlihatkan/Menunjukkan (show)
 Mendudukkan (sit)
 Membalik/memutar/mengarahkan/mengubah/ membelokkan (turn)

PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR
Keberadaan seorang guru dalam suatu sekolah tidaklah dapat disangkali lagi, karena tanpa guru sekolah tidak akan dapat berjalan. Namun peran guru tidaklah hanya berhenti sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu saja, karena tanpa adanya peran sebagai motivator maka sia-sialah peran guru sebagai sosok yang melakukan transfer ilmu.
Seorang motivator adalah seseorang yang mampu membangkitkan motif atau keinginan
seseorang untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Berdasarkan kedudukannya sebagai seorang guru tentu memiliki sasaran yang pasti yaitu murid-murid yang dihadapinya sehari-hari. Bangkitnya motivasi mereka untuk meraih suatu prestasi merupakan bagian dari keberhasilannya sebagai seorang motivator dan merupakan suatu kebanggaan melihat murid yang dibimbingnya memiliki suatu prestasi yang
optimal. Tampilnya seorang guru sebagai motivator bagi siswa-siswi yang dihadapinya
sehari-hari bukanlah hal yang mudah. Untuk menjadi seorang motivator bagi siswa-siswinya, seorang guru juga harus dapat memberi motivasi bagi dirinya sendiri yang otomatis menjadi motivator bagi dirinya sendiri.
Sudahkah Anda menjadi motivator bagi diri Anda sendiri? Tanpa hal ini rasanya akan sulit bagi seorang guru untuk menjadi motivator bagi siswa-siswinya.
Saat ini yang sering menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara yang terbaik yang harus dilakukan oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan fungsinya sebagai seorang motivator . Berbagai teori telah dikemukakan namun seringkali gagal. Siswa tetap tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi, yang nampak melalui nilai-nilai akademik, banyaknya siswa-siswi yang membolos sekolah hingga menimbulkan banyak masalah. Contohnya: tawuran di antara siswa. Hal ini membuat para guru menjadi serba salah dalam bertindak, karena merasa telah melaksanakan berbagai cara ataupun teori namun hasil yang dicapai tidak kunjung terlihat. Sehingga seringkali timbul kesan bahwa guru-guru di Indonesia adalah guru yang memiliki kemampuan minim. Padahal bila dibuktikan akan terlihat bahwa banyak guru di Indonesia adalah guru-guru yang memiliki kompeten tinggi dalam dunia pendidikan. Namun tidak pula dapat kita sangkali bahwa banyak guru di Indonesia yang hanya melakukan transfer ilmu tanpa mau sedikitpun menjadi motivator bagi muridmuridnya, bahkan tampak adanya kesan bangga bila muridnya mendapat nilai buruk dalam mata pelajaran yang diajarnya, hal ini dianggapnya menunjukkan bahwa semua murid itu bodoh dan hanya gurulah yang pandai.
EMPAT LANGKAH SEORANG MOTIVATOR EFEKTIF
Sebenarnya menjadi seorang motivator bagi siswa-siswi di sekolah bukanlah hal yang sulit. Namun hal ini juga bukan berarti hal yang mudah untuk dilakukan.
Oleh karena itulah penulis mencoba merangkum beberapa pemikiran ke dalam .Empat Langkah.. ini
1. Lakukanlah yang terbaik!
Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3 : 23). Kuncinya adalah belajarlah mencintai apa yang anda lakukan maka Anda akan merasakan hasilnya.
2. Jadilah teladan bagi lingkungan
Teladan yang baik merupakan bukti bahwa seseorang mampu menjadi motivator bagi dirinya. Karena itu merupakan syarat utama sebagai seorang motivator. Contohnya: seorang guru perokok tidak mungkin menjadi seorang motivator bagi siswa-siswinya
agar tidak merokok
3. Jadikanlah siswa-siswi sebagai subyek
Dengan menjadikan seorang siswa-siswi sebagai subjek pendidikan, maka kita memberikan kesempatan pada mereka untuk menjadi manusia yang kritis dalam berpikir serta menyampaikan pendapatnya secara demokratis tanpa meninggalkan norma-norma yang ada. Menjadikan siswa sebagai subyek dapat kita lakukan dengan cara menjadi pelindung, orang tua atau bahkan seorang sahabat yang memiliki rasa empati bagi mereka (khususnya untuk anak-anak remaja) di saat mereka membutuhkan tempat untuk mencurahkan isi hati mereka
4. Memiliki wawasan yang luas
Seorang motivator tidak akan menjadi motivator yang baik bila tidak memiliki wawasan yang luas mengenai berbagai bidang.
DAMPAK
Dampak yang timbul bila guru menjalankan perannya sebagai motivator antara lain adalah:
a. Timbulnya keinginan pada siswa untuk lebih menekuni materi yang dihadapinya. Hal ini akan sangat berpengaruh dengan prestasi akademik siswa.
b. Adanya keinginan yang kuat dalam diri siswa untuk pergi ke sekolah, contohnya: siswa tidak perlu lagi dipaksa untuk pergi ke sekolah. Mereka menikmati acara belajar mereka yang berlangsung di sekolah sehingga tidak ada lagi dalam pikiran mereka untuk membolos.
c. Rasa memiliki sekolah; akan timbul bila siswa merasa bahwa sekolahnya adalah suatu tempat yang menyenangkan. Hal ini juga mempengaruhi nama baik sekolah.